Objek pelajaran
matematika adalah objek abstrak, namun dalam mengolah objek abstrak itu, ada
cara-cara yang konsisten mengandalkan tata nalar deduktif dan induktif. Untuk
apa mempelajari benda abstrak? Apa gunanya cara-cara deduktif dan induktif?
Jawaban pertanyaan ini sesungguhnya terletak dalam kata “abstrak” itu. Kata abstrak memiliki potensi kegunaan yang lebih
luas, karena ide dapat diwujudkan menjadi contoh-contoh konkret dalam segala
bidang.
Misalnya ide 6 x 4 = 24. Dengan ide ini dapat dibuat
bermacam cerita yang oleh matematika dibahasakan menjadi 6 x 4 = 24. Adapun cerita yang beragam dimaksud diantaranya:
1.
Ada 6 keranjang,
setiap keranjang berisi 4 buah mangga. Berapa banyak mangga semua? Banyak
mangga semua ada (6 x 4 = 24) buah.
2.
Kebun saya panjangnya
6 meter, lebarnya 4 meter. Berapa m2 luasnya? Luasnya adalah (6 x 4 = 24) m2.
3.
Saya bersepeda dengan
kecepatan 4 km/jam. Lama perjalanan saya 6 jam. Berapa jarak yang saya tempuh?
Jarak yang ditempuh adalah (6 x 4 = 24)
km.
4.
Sapi saya ada 6 ekor
dan seluruhnya dalam kondisi normal (tidak ada yang cacat atau memiliki
kelainan). Berapa banyak kaki sapi saya seluruhnya? Banyak kaki sapi saya
seluruhnya ada (6 x 4 = 24) kaki.
5.
Minumlah vitamin ini
4 butir sehari. Lakukan sampai 6 hari. Berapa butir vitamin yang diminum semua?
Banyak butir vitamin ada (6 x 4 = 24)
butir.
Mengapa deduktif?
Marilah kita ingat kembali salah satu pribahasa yang tidak asing, yaitu “lain
lubuk, lain pula ikannya, lain kepala lain pula pikirannya”. Kacaulah kehidupan
ini jika tidak ada kesepakatan. Metode deduktif dimulai dengan kesepakatan awal
pengertian pangkal dan pernyataan pangkal. Selanjutnya bentuklah pengertian dan
pernyataan lainnya, asal konsisten dan logis sesuai dengan kesepakatan awal.
Mengapa induktif? Jika kita belajar dari kehidupan
sehari-hari, sehingga dapat diambil contoh-contoh pada lingkungan sekitar kita.
Dari contoh-contoh itu, kita dapat menangkap kesamaannya sehingga dapat dibuat generalisasi. Misalnya, kita mengenal
bilangan persegi ke-n sama dengan n2, karena kita mengamati persegi
satuan, persegi 2 x 2 = 4 dan seterusnya. Namun dalam matematika, metode
induksi (metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal
atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum) ini hanya untuk sementara belajar,
selanjutnya akan dipertajam dengan induksi lengkap yang hakikatnya adalah
deduktif.
Jika demikian kegunaan matematika, maka kemampuan apa
yang dilatihkan kepada anak? Tentunya anak harus mampu memfungsikan matematika
dalam kehidupannya. Jadi, fungsi dan tujuan pembelajaran matematika harus
mendasari pengajaran matematika.
A.
Fungsi
Matematika: Untuk Apa?
Ilustrasi
kegunaan matematika seperti tersebut sebelumnya (6 x 4 = 24), merupakan contoh dari fungsi mata pelajaran
matematika, adalah sebagai wahana untuk:
1.
Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol
Untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, anak diberi pengalaman menyampaikan
informasi dengan bahasa matematika, misalnya menyajikannya dalam bentuk model
matematika berupa persamaan, pertidaksamaan, rumus fungsi, grafik, diagram,
atau tabel. Demikian juga anak dilatih menafsirkan dalam bahasa matematika.
2. Mengembangkan
ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari
Ketajaman penalaran dapat dikembangkan
pada saat anak memahami suatu konsep, atau menemukan dan membuktikan suatu
prinsip. Bahwa persegi adalah persegi
panjang khusus atau belah ketupat khusus, dapat dinalar dengan meninjau
sifat-sifat persegi panjang dan sifat-sifat belah ketupat, yang ternyata
semuanya dipenuhi oleh sifat-sifat persegi. Sedangkan belah ketupat dan persegi
panjang hanya memiliki satu sifat yang sama, yaitu sepasang-sepasang sisinya
sejajar, karena itu keduanya adalah keturunan jajaran genjang, tetapi keduanya
saling asing. Demikian pula mengenai prinsip, bahwa jumlah n bilangan ganjil
yang pertama adalah bilangan persegi ke-n atau n2, dapat dinalar
secara induktif atau eksperimental sebagai berikut:
prinsip
ini pada tingkat SMA akan dibuktikan dengan induksi matematika yang
sesungguhnya deduktif dengan notasi:
dengan
pangkal pikiran, ini benar untuk n = 1.
Jika dianggap ini benar untuk n = m
dan dapat dibuktikan benar untuk n = m +
1, maka pernyataan ini benar untuk setiap harga n.
A.
Tujuan
Pembelajaran Matematika: Agar Anak Mampu Apa?
Jika
telah dipahami fungsi matematika yaitu sebagai bahasa, sebagai cara berpikir
nalar, dan sebagai alat memecahkan masalah, maka pembelajaran matematika
hendaknya diarahkan kepada pembentukan kemampuan untuk memfungsikan matematika,
baik dalam mempelajari ilmu lain maupun dalam melakukan pekerjaan.
Kemampuan-kemampuan itu antara lain sebagai berikut:
1.
Kemampuan menggunakan
Algoritma (prosedur pekerjaan)
Misalnya: Melakukan operasi hitung;
menyelesaikan persamaan atau pertidaksamaan
2.
Melakukan manipulasi
secara matematika
Manipulasi diartikan sebagai penerapan sifat-sifat,
rumus-rumus pada suatu soal.
Misalnya: Menggunakan rumus luas/volume bangun ruang,
jika unsur-unsurnya diketahui; menyelesaikan soal perbandingan senilai atau
berbalik nilai.
3.
Mengorganisasi data
Misalnya: menuliskan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dari suatu soal; mengurutkan, mengelompokkan, menyajikan data.
4.
Memanfaatkan simbol,
tabel, diagram, grafik
Misalnya: memahami simbol, tabel, diagram, grafik yang
memuat suatu informasi; Menyajikan informasi dalam simbol, tabel, diagram atau
grafik.
5.
Mengenal dan
menemukan pola
Misalnya: Menyatakan aturan yang membentuk pola
bilangan, atau pola geometri; meneruskan pola untuk menentukan urutan
berikutnya.
6.
Menarik kesimpulan
Misalnya: Menemukan suatu prinsip; Membuktikan suatu
pernyataan.
7.
Membuat kalimat atau
model matematika
Misalnya: Menerjemahkan kalimat cerita menjadi
persamaan, pertidaksamaan atau fungsi.
8.
Membuat interpretasi
bangun dalam bidang atau ruang
Misalnya: Menyebutkan bagian-bagian dari suatu bangun;
Menjelaskan posisi suatu bangun.
9.
Memahami pengukuran
dan satuan-satuannya
Misalnya: Memilih satuan yang tepat, mengubah satuan,
memperkirakan ukuran.
10. Menggunakan
alat hitung dan alat bantu matematika
Misalnya: Penggunaan kalkulator, tabel logaritma; tabel
fungsi trigonometri, klinometer.
Soleh, M. (1998). Pokok-pokok
pengajaran matematika sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta: Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar