Minggu, 04 Desember 2016
Kamis, 10 November 2016
APLIKASI PEMODELAN MATEMATIKA SEDERHANA DI BIDANG PERTANIAN
APLIKASI PEMODELAN MATEMATIKA
SEDERHANA DI BIDANG PERTANIAN
(Penjadwalan Irigasi Berselang)
1.
Pengantar
Salah
satu aplikasi dari pemodelan matematika sederhana pada bidang pertanian adalah
pada penjadwalan sistem pengairan sawah (irigasi) secara berselang
(bergantian). Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari hasil pertanian, tentu
harus juga memperhatikan kesesuaian antara jenis tanaman dengan ketersediaan
air pada lahan tersebut. Dan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi
pengairan pada lahan persawahan adalah dengan cara irigasi.
Irigasi
merupakan cara pemberian air secara buatan untuk menambah kekurangan air yang
dibutuhkan oleh tanaman. Irigasi pada tanaman diberikan dengan cara
penggenangan. Hal ini dilakukan agar pemberian air yang cukup dan tetap stabil
ke area persawahan guna menjamin produksi dari tanaman tersebut. Air irigasi
ini biasanya diberikan dengan cara berselang dimana penggenangannya dilakukan
dengan ukuran (volume) tertentu dan pengairan berikutnya dilakukan pada waktu
(periode) tertentu setelah genangan air surut.
Sebagian
besar, para petani dalam skala yang lebih besar, seringkali menerapkan sistem
pengairan secara kurang efisien. Sebagian besar petani kita menerapkan irigasi
dengan satu prinsip mengairi lahannya dengan jumlah air (volume air) sebanyak
mungkin tanpa memperhatikan kebutuhan air untuk jenis tanaman yang
berbeda-beda, atau tanpa menghiraukan kebutuhan optimum tanaman. Penerapan
irigasi yang tidak efisien juga terjadi melalui cara pemberian air yang tidak
tepat baik jumlah dan waktunya. Oleh karenanya, petani harus mengetahui secara
pasti kebutuhan air optimum untuk setiap tanaman dan lama waktunya untuk
melakukan sekali pengairan hingga kebutuhan air tanaman tercukupi.
Efisiensi
irigasi dapat ditingkatkan dengan membuatkan jadwal irigasi itu sendiri.
Penjadwalan ini berartii melakukan perencanaan waktu dan jumlah pemberian air
irigasi sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Suplai air yang terbatas dapat
menurunkan produksi tanaman sedangkan, suplai air yang berlebihan selain dapat
menurunkan produksi tanaman juga dapat mengurangi efisiensi penggunaan air.
Pada
masalah penjadwalan irigasi tersebut, dapat digunakan pemodelan matematika.
pemodelan matematika adalah model yang menggunakan konsep-konsep matematika
seperti konstanta, variabel, fungsi, persamaan dan sebagainya yang disusun
untuk tujuan tertentu (Meyer & Olnick, 1978). Misalkan kita akan melakukan
pengairan sawah untuk tanaman padi
2.
Langkah-Langkah Pemodelan Matematika
Langkah-langkah dalam pemodelan
matematika mengidentifikasikan faktor-faktor yang dominan berpengaruh, setelah
itu kemudian memberikan asumsi-asumsi yang akan diambil. Faktor-faktor yang
berpengaruh dengan perimbangan air dalam sistem hidrologi sawah yang mempengaruhi
volume genangan air sawah. Secara umum, perimbangan air dalam sistem hidrologi
berkaitan dengan komponen air yang masuk dan keluar. Komponen air yang hilang
meliputi perkolasi (penyaringan), evatranspirasi, drainase (penyaluran air)
permukaan, dan rembesan. Sedangkan, komponen air yang masuk meliputi curah
hujan dan irigasi. Komponen air yang masuk menyebabkan bertambahnya volume air
genangan, sedangkan komponen air yang keluar menyebabkan berkurangnya volume
air genangan. Adapun beberapa asumsi yang dapat diduga, yakni:
- Tanah sawah sudah dijenuhkan terlebih dahulu sebelum diakukan penggenangan. Hal ini berarti bahwa volume air yang diperhitungkan hanya volume air yang terdapat pada permukaan. Dengan asumsi lain, bahwa volume genangan air merupakan hasil kali luas lahan dengan tinggi genangan.
- Tinggi genangan air awal sebesar 50 mm dan pengaliran selanjutnya dilakukan ketika genangan air sebesar 10 mm (Sulisilawati-Studi kasus daerah irigasi Tinalun: 2002)
- Lamanya waktu penggenangan tidak diperhitungkan
- Kehilangan air hanya terjadi melalui proses perkolasi dan evatranspirasi
- Penambangan volume air terjadi karena adanya curah hujan efektif
- Tidak terjadi kehilangan air karena drainase permukaan dan rembesan
Misalkan hal-hal tersebut di atas dapat disimbolkan sebagai
berikut:
V : volume genangan air pada permukaan sawah
(mm3)
h : tinggi genangan air (mm)
p : panjang lahan (mm)
l : lebar lahan (mm)
La :
luas lahan (mm2)
P :
laju perkolasi (mm/hari)
ET :
evatranspirasi (mm/hari)
Ch :
laju curah hujan efektif (mm3/hari)
t : waktu yang dibutuhkan dalam satu periode
penggenangan (hari)
berdasarkan pemisalan variabel dan asumsi di atas, maka model
matematikanya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Lahan tersebut diasumsikan berbentuk persegi dengan panjang p
dan lebar l. Dengan demikian, luas lahan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
La = p x l
Misalkan, pada setiap saat t ketinggian genangan air
adalah h = h (t)
maka rumus volume ketinggian air setiap saat pada ketinggian h
dirumuskan sebagai berikut:
V(t) = La(t) x h(t) ..................................... (1)
Akan ditentukan (dh/dt) saat ketinggian air h. Dengan turunan implisit
terhadap t dari kedua ruas persamaan (1) memberikan :
Ketinggian genangan air akan berkurang karena adanya
kehilangan air akibat adanya perkolasi dan evatranspirasi. Sedangkan,
ketinggian air akan bertambah karena adanya penambahan volume air akibat curah
hujan efektif. Dengan demikian ( dV / dt ) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Laju perubahan volume air harian karena Evatranspirasi dan
Perkolasi sama dengan Luas Lahan dikali dengan Laju Evatranspirasi dan Perkolasi
dimana:
P :
laju perkolasi (mm/hari)
ET :
evatranspirasi (mm/hari)
Ch :
laju curah hujan efektif (mm3/hari)
Dengan demikian laju perubahan ketinggian air dirumuskan
sebagai berikut:
Agar diperoleh suatu fungsi h
terhadap waktu maka dilakukan integral terhadap t pada kedua ruas dari
persamaan (2)
pada saat t = 0, maka h
awal dimisalkan sebagai h0 maka diperoleh:
Sehingga didapat: C = - h0
Karena nilai C = -h0
maka:
jadi, rumus untuk menentukan waktu (t
) yang diperlukan ketika genangan air berkurang hingga h adalah
Dari rumus di atas, diperoleh suatu rumus untuk menentukan
lamanya waktu penggenangan dalam hari, yakni t (hari). Setelah
penggenangan dilakukan selama periode t (hari) maka penggenangan
selanjutnya dapat dilakukan.
Teladan:
Suatu lahan pertanian di wilayah Suela-Pringgabaya ditanami
Padi. Lahan tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas lahan 200 m2.
Jenis tanah yang dipakai pada lahan tersebut yaitu tanah berlempung dengan laju
perkolasi 2 mm/hari dan laju evatranspirasinya adalah 5 mm/hari. Rata-rata curah
hujan pada daerah tersebut adalah 137.113 mm3/hari. Ketinggian
genangan air mula-mula sesaat setelah dilakukan pengaliran adalah 5 cm.
Berapakah lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu periode penggengan
sehingga air genangan surut sampai dengan 1 cm?
Penyelesaian:
h0 =
50 mm
h = 10 mm
La =
200 m2 = 2 x 108
mm2
ET =
5 mm/hari
P =
2 mm/hari
Ch =
137.113 mm3/hari
Waktu yang diperlukan untuk melakukan sekali penggenangan
adalah
Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali
penggenangan adalah 6 hari. Sehingga, 5 hari setelah dilakukan pengaliran,
petani harus kembali melakukan pengaliran air ke lahan sawah.
3.
kesimpulan
Dengan pemodelan matematika ini dapat disimpulkan beberapa
pernyataan, yakni:
1.
Besarnya perubahan ketinggian air dapat diketahui
dengan mempertimbangkan laju perkolasi, evatranspirasi, dan curah hujan
2.
Lamanya waktu penggenangan bergantung pada besarnya
laju perkolasi, evatranspirasi dan curah hujan
3.
Dengan diketahui periode penggenangan (t ) maka
pengaliran air selanjutnya dapat dilakukan setelah penggenangan dilakukan
selama (t ).
Minggu, 23 Oktober 2016
Psikologi Pendidikan-Sebuah tinjauan Studi Psikologis
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Sebuah tinjauan Studi Psikologis
https://youtu.be/1wN99i0kaRE
Jika memperhatikan vidio tersebut, dapatkah kita kemudian menemukan Sifat-Sifat Umum Aktivitas Manusia?
Selasa, 18 Oktober 2016
PENYELESAIAN MODEL MATEMATIKA
Pada pembahasan pertama telah dibahas mengenai pemodelan
matematika terkait dengan tahap-tahap pembentukan model matematika tersebut.
Model matematika yang diperoleh dari suatu masalah matematika yang diberikan,
selanjutnya dipecahkan dengan aturan-aturan yang ada untuk memperoleh nilai
variabelnya. Kemudian jika nilai variabel telah diperoleh, perlu diuji hasil
itu atau dilakukan interpretasi untuk mengetahui apakah nilai itu valid atau
tidak valid. Hasil yang valid akan menjawab secara tepat model matematikanya.
Hasil seperti inilah yang disebut solusi matematika. Jika nilai variabelnya
tidak valid atau tidak memenuhi model matematika maka solusi masalah belum
ditemukan, dan perlu dilakukan pemecahan ulang atas model matematikanya. Secara
umum proses pemodelan dan pemecahan model dapat dilihat seperti pada Bagan di
bawah ini.
Abstraksi : gambar atau hal yang mewakili suatu obyek
nyata, sesuatu tanpa memperhatikan jenis obyek sebenarnya. Misalnya, dalam
sebuah soal cerita digunakan simbol x, y untuk mewakili suatu
obyek. Dalam hal ini symbol x atau y merupakan abstraksi dari obyek yang
dibicarakan.
Idealisasi : sesuatu hal dipandang lengkap, utuh, sempurna
walaupun dalam model itu tidak seperti sesungguhnya Misalnya, seorang siswa
menggambar bangun segita, akan tetapi pada bagian salah satu sisi tidak tepat
lurus seperti yang lainnya. Namun dalam pemahaman kita, gambar itu sudah
lengkap(ideal).
interpretasi : tafsiran secara teoritis terhadap sesuatu
Agar lebih memantapkan pemahaman pada pembahasan ini,
berikut akan diberikan beberapa contoh masalah-masalah matematika beserta
penyelesaiannya pada beberapa bidang, seperti di bidang aritmetika, aljabar,
geometri dan pengukuran, trigonometri dan peluang.
1. Aritmetika
Contoh 1:
Diketahui volume sebuah kubus yaitu 27 cm3, tentukan panjang
rusuk kubus tersebut.
Penyelesaian :
Rumus volume suatu kubus adalah sisi kali sisi kali sisi atau disingkat
dengan s3 yang diketahui sama dengan 27 cm3 atau
s3 = 27 sehingga panjang sisi atau rusuk dari
kubus tersebut adalah sama dengan 3 cm.
Contoh 2:
Pertambahan
penduduk di kota Selong, tiap tahun mengikuti aturan barisan geometri. Tahun
2005 pertambahannya sebanyak 6 orang dan pada tahun 2007 sebanyak 54 orang.
Tentukan pertambahan penduduk pada tahun 2010.
Penyelesaian :
Misalkan pertambahan penduduk pada tahun 2005 adalah u1 = 6 dan pertambahan
penduduk pada tahun 2007 adalah u3
= 54. Pertambahan penduduk di kota Selong mengikuti aturan barisan geometri
maka diperoleh :
u3 = 54
u1r3-1 = 54
6r2 = 54
r2 = 9
r = -3 atau r = 3
Untuk nilai r = -3 tidak mungkin merupakan penyelesaian masalah
karena akan mendapatkan hasil negatif. Jadi yang digunakan adalah nilai r = 3. Menentukan pertambahan penduduk pada
tahun 2010 berarti menentukan u6 yaitu sama dengan u6
= u1r6-1 = 6 x 35 = 1458.
Jadi
pertambahan penduduk kota Selong pada tahun 2010 adalah sebanyak 1458 orang.
2. Aljabar
Berikut ini akan dibahas masalah-masalah matematika, pemodelan dan
penyelesaian model matematikanya untuk bidang aljabar. Tidak semua masalah
matematika dalam bidang aljabar dibahas, hanya untuk masalah-masalah yang menyangkut
persamaan, pertidaksamaan baik linear maupun kuadrat serta sistem persamaan
linear dengan dua varibel saja. Masalah-masalah tersebut dipilih karena kita
telah mempelajari konsep mengenai persamaan, pertidaksamaan baik linear maupun
kuadrat serta sistem persamaan linear dengan dua varibel. Jadi model matematika
dalam bidang ini merupakan penyelesaian persamaan, pertidaksamaan atau sistem
linear dengan dua variabel. Penyelesaian persamaan, pertidaksamaan atau sistem
persamaan adalah suatu konstanta atau nilai yang memenuhi persamaan,
pertidaksamaan atau sistem persamaan tersebut.
Contoh 1:
Nadia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 40 km/jam. Dari tempat
yang sama, sejam kemudian Sinta mengenderai sepeda motor ke arah yang sama
dengan kecepatan 56 km/jam. Tentukan setelah berapa jam perjalanan Sinta
menyalip atau mendahului Nadia.
Penyelesaian:
Diketahui : kecepatan sepeda motor Nadia sama dengan 40 km/jam dan Sinta 56
km/jam.
Ditanyakan : setelah berapa jam Sinta mendahului Nadia?
Misalkan lama perjalanan Sinta sampai mendahului Nadia adalah t jam.
Nadia berangkat 1 jam lebih dulu dari Sinta maka ketika didahului Sinta, ia
telah berjalan selama t + 1 jam.
Kecepatan motor Nadia 40 km/jam, maka jarak yang ditempuh Nadia sampai
didahului Sinta adalah 40(t + 1) km. Selanjutnya
kecepatan motor Sinta adalah 56 km/jam maka selama t jam, Sinta menempuh
jarak 56t. Pada saat Sinta mendahului Nadia berarti jarak yang ditempuh
adalah sama sehingga diperoleh model matematika yang merupakan persamaan linear
dengan satu variabel yaitu 40(t + 1) = 56t. Penyelesaian
persamaan linear 40(t + 1) = 56t
adalah sebagai berikut.
40(t + 1) = 56t
40t + 40 = 56t
56t + 40t = 40
16t = 40
t = 2,5
Jadi Sinta mendahului Nadia setelah ia berjalan selama 2,5 jam.
Contoh 2:
Irwansyah mempunyai selembar seng dengan panjang 80 cm dan lebar 60 cm.
Ia ingin mengecilkan seng tersebut dengan memotong panjang dan lebarnya sama
besar sehingga luas seng yang diperoleh menjadi setengah luas mula-mula. Berapa
panjang dan lebar seng yang harus dipotong?
Penyelesaian :
Diketahui : Selembar seng berbentuk persegi
panjang dengan panjang 80 cm dan lebar 60 cm. Dari yang diketahui ini diperoleh
luas seng yaitu seluas 80 x 60 = 4800 cm2.
Ditanyakan : Berapa
panjang dan lebar seng yang harus dipotong sehingga luas seng yang diperoleh
menjadi setengah luas mula-mula.
Misalkan seng dipotong panjang dan lebarnya sepanjang x cm
sehingga diperoleh panjang dan lebar seng masing-masing adalah 80 − x cm dan 60 − x cm. Luas seng setelah dipotong
adalah setengah dari luas mula-mula sehingga diperoleh
½ x 4800 = 24000
Jadi diperoleh model matematika dari masalah di atas yaitu
(80 − x ) dan (60 – x) = 2400
Persamaan di atas merupakan persamaan kuadrat. Selanjutnya dilakukan
penyelesaian modelnya dengan cara sebagai berikut.
(80 − x ) dan (60 – x) = 2400
4800 – 80x – 60x + x2 = 0
4800 – 140x + x2 = 0
(x – 120) (x – 20) = 0
x – 120 = 0 atau x – 20 = 0
x = 120 atau x = 20
Jadi diperoleh nilai x = 120 atau x = 20 yang memenuhi persamaan kuadrat
(80 − x ) dan
(60 – x) = 2400.
Nilai x =
120 tidak mungkin merupakan penyelesaian masalah karena panjang seng adalah 80
cm. Jadi panjang dan lebar seng dipotong sepanjang 20 cm agar luas seng yang
diperoleh sama dengan setengah luas mula-mula.
Contoh 3: Dalam suatu pertandingan, harga karcis pada kelas utama
dijual Rp 25.000.- per orang, sedangkan kelas ekonomi Rp.10.000,- per orang.
Jika banyak karcis yang terjual 860 lembar, dengan pemasukan Rp. 13.400.000,-,
tentukanlah jumlah penonton kelas utama.
Penyelesaian :
Diketahui : harga
karcis kelas utama Rp. 25.000,-, kelas ekonomi Rp.10.000, dan karcis terjual
860 lembar, dengan pemasukan Rp. 13.400.000,-
Ditanyakan : Jumlah
penonton kelas utama.
Misalkan jumlah penonton kelas utama adalah x, dan kelas ekonomi y.
Banyak karcis yang terjual 860 lembar sehingga diperoleh persamaan x + y =860 yang memberikan
pemasukan sebesar Rp. 13.400.000,-. Untuk mempermudah memahami masalahnya,
dibuatkan terlebih dahulu tabel bantuannya sebagai berikut
Kelas
|
Jumlah Tiket
|
Harga (Rp)
|
Utama
|
x
|
25.000,-
|
Ekonomi
|
y
|
10.000,-
|
Jumlah
|
860
|
13.400.000,-
|
Dengan memperhatikan tabel di atas, maka diperoleh model matematika dari
masalah tersebut, dimana modelnya merupakan sistem persamaan linier dengan dua
variabel, yaitu
Tahapan berikutnya adalah menyelesaikan model (persamaan) tersebut di
atas, yaitu misalnya dengan menggunakan salah satu model yang ada
x + y = 860
25x + 10y = 13400
|
x 10
x 1
|
10x + 10y = 8600
25x + 10y = 13400
|
15x = 4800
x = 420
|
Lakukan substitusi ke salah satu persamaan awal dengan berdasar pada
variabel yang sudah diketahui. Misalnya x + y = 860, maka akan
diperoleh:
x + y =
860
420 +
y = 860
y
= 440
|
Jadi, banyak penonton kelas utama sebanyak 420 orang dan kelas ekonomi
sebanyak 440 orang.
3. Geometri dan Pengukuran
Contoh : Diberikan sebuah
kotak dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing, masing sama dengan 60, 54
dan 42 cm. Diberikan pula beberapa kubus kecil dengan panjang rusuk sama dengan
6 cm. Tentukan berapa banyak kubus yang dapat dimasukkan dalam kotak.
Penyelesaian :
Diketahui : panjang, lebar dan tinggi suatu kotak
yaitu 60, 54 dan 42 cm sehingga diperoleh volume kotak itu sebesar 60 x 54 x 42
= 136.080 cm3
panjang rusuk sebuah kubus 6 cm sehingga volume
kubus tersebut adalah
6 x 6 x 6 = 216 cm3
Ditanyakan : banyak kubus yang dapat dimasukkan dalam
kotak.
Misalnya banyak kubus tersebut adalah n maka
n =
|
Volume kotak
|
=
|
136.080
|
= 630
|
Volume kubus
|
216
|
Jadi
banyak kubus yang dapat dimasukkan ke dalam kotak tersebut adalah 630 kubus
4. Trigonometri
Pada bagian ini, masalah-masalah matematika yang akan dibahas model dan
penyelesaiannya adalah yang terkait dengan dalil pythagoras dan perbandingan
trigonometri.
Contoh:
Sebuah tempat air minum berbentuk tabung dengan tinggi tabung 15 cm dan
jari-jari alasnya 4 cm. Pada tabung tersebut diletakkan sedotan dengan posisi
seperti pada gambar berikut
tentukan
panjang sedotan tersebut
Penyelesaian:
Diketahui: Tinggi dan jari-jari alas sebuah tabung tempat air minum adalah 15 cm dan 4 cm, sehingga diameter tabung adalah 8 cm.
Ditanyakan :
panjang sedotan yang diletakkan pada tabung
Misalkan panjang sedotan tersebut adalah x, maka dengan
menggunakan dalil Pythagoras, kita dapat menentukan nilai x yaitu
sebagai berikut:
x2 = 82 + 152 = 64 + 225
= 289
x2 = 17
jadi
panjang sedotan yang ada dalam tabung tersebut adalah 17 cm.
5. Peluang
Masalah matematika yang terkait dengan peluang akan kita kaji hanya
khusus yang terkait dengan masalah permutasi dan kombinasi serta konsep peluang
sederhana berikut ini.
Contoh 1 :
Dalam sebuah ruangan pertunjukkan teater, masih tertinggal 5 kursi
kosong, tetapi masih ada 9 orang yang akan memasuki ruangan pertunjukan
tersebut. Tentukan ada berapa cara kursi kosong tersebut dapat diduduki oleh
kesembilan orang tersebut.
Penyelesaian :
Masalah di atas tidak mempertimbangkan urutan orang yang akan menduduki
kelima kursi di ruang pertunjukan, maka masalah tersebut merupakan masalah
kombinasi.
Dari sini diperoleh
9C5
|
=
|
9!
|
=
|
9.8.7.6.5.4.3.2.1
|
||
(9 – 5)! . 5!
|
4.3.2.1.5.4.3.2.1
|
|||||
=
|
9 . 8 . 7 . 6
|
=
|
126
|
|||
4 . 3 . 2 . 1
|
Jadi banyak cara 5 kursi kosong di ruangan pertunjukan dapat diduduki
oleh kesembilan orang tersebut adalah sebanyak 126 cara.
Contoh2 :
Suatu kelas terdiri atas 28 siswa putra dan 12 siswa putri. Kelas
tersebut akan memilih seorang ketua kelas dimana baik siswa putra maupun putri
mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Tentukan berapa peluang terpilih ketua
kelas seorang siswa putri.
Penyelesaian :
Diketahui banyaknya siswa putri sebanyak 12 orang dan jumlah seluruh
siswa dalam kelas tersebut ada sebanyak 30 orang, maka peluang terpilih ketua
kelas seorang siswa putri adalah sebesar
12
|
atau
|
2
|
30
|
5
|
Kamis, 13 Oktober 2016
Pemodelan Matematika_1
PEMODELAN MATEMATIKA (MATHEMATICAL
MODELING)
Model adalah representasi
penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami
realita tersebut) dan mempunyai feature yang sama dengan tiruannya dalam
melakukan task atau menyelesaikan permasalahan. Model adalah karakteristik umum
yang mewakili sekelompok bentuk yang ada, atau representasi suatu masalah dalam
bentuk yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Dalam matematika, teori model
adalah ilmu yang menyajikan konsep-konsep matematis melalui konsep himpunan,
atau ilmu tentang model-model yang mendukung suatu sistem matematis. Teori model
diawali dengan asumsi keberadaan obyek-obyek matematika (misalnya keberadaan
semua bilangan) dan kemudian mencari dan menganalisis keberadaan
operasi-operasi, relasi-relasi, atau aksioma-aksioma yang melekat pada masingmasing
obyek atau pada obyek-obyek tersebut. Indenpensi dua hukum matematis yang lebih
dikenal dengan nama axiom of choice, dan contnuum hypothesis dari
aksioma-aksioma teori himpunan (dibuktikan oleh Paul Cohen dan Kurt Godel)
adalah dua hasil terkenal yang diperoleh dari teori model. Telah dibuktikan
bahwa axiom of choice dan negasinya konsisten dengan aksioma-aksioma Zermelo Fraenkel dalam
teori himpunan dan hasil yang sama juga dipenuhi oleh continuum hypothesis.
Model matematika yang diperoleh dari suatu masalah matematika yang diberikan, selanjutnya
diselesaikan dengan aturan-aturan yang ada. Penyelesaian yang diperoleh, perlu
diuji untuk mengetahui apakah penyelesaian tersebut valid atau tidak. Hasil yang
valid akan menjawab secara tepat model matematikanya dan disebut solusi
matematika. Jika penyelesaian tidak valid atau tidak memenuhi model matematika maka
solusi masalah belum ditemukan, dan perlu dilakukan pemecahan ulang atas model
matematikanya.
Model
matematika suatu fenomena adalah suatu ekspresi matematika yang diturunkan dari
fenomena tersebut. Ekspresi dapat berupa persamaan, sistem persamaan atau
ekspresi-ekspresi matematika yang lain seperti fungsi maupun relasi. Model
matematika digunakan untuk menjelaskan karakteristik fenomena yang
dimodelkannya, dapat secara kualitatif atau kuantitatif. Dalam memperoleh,
membuat, mengembangkan atau menurunkan model matematika kita melibatkan
asumsi-asumsi, pendekatan-pendekatan maupun pembatasan-pembatasan yang didasarkan
atas eksperimen maupun observasi terhadap fenomena sebenarnya. Asumsi,
pendekatan maupun pembatasan ini digunakan untuk mempelajari fenomena tersebut
secara sederhana (penyederhanaan fenomena sesungguhnya), dan juga seringkali
digunakan untuk mempelajari kontribusi faktor-faktor tertentu dengan tiadanya
faktor yang lain pada fenomena yang dipelajari.
Pemodelan
matematika merupakan salah satu tahap dari pemecahan masalah matematika.
Pembahasan pemodelan matematika dimulai dari pengertian model dan kegunaannya.
Kemudian tahap-tahap pembentukan model matematika dibahas satu persatu dan
diberikan contoh-contohnya. Sebelum pembahasan mengenai hal-hal tersebut,
berikut ini diberikan alasan mengapa pemodelan matematika perlu dan penting
untuk dipelajari. Metode pembelajaran di kelas dapat ditandai dengan beberapa
hal sebagai berikut:
1.
Anak didik lebih banyak menghafal pelajaran daripada
berusaha mengerti dan memahaminya;
2.
Anak didik lebih tertarik pada masalah teknis yaitu
menyelesaikan soal matematika yang masalahnya telah diformulasikan di dalam
bentuk persamaan atau pertidaksamaan atau sistem persamaan, tanpa berusaha
menggali apa makna model itu, dan bagaimana proses yang ditempuh untuk membuat
modelnya. Tampak bahwa mencari solusi dari suatu model menjadi inti masalah
matematika yang harus dikuasai. Para Anak kurang dibiasakan untuk mengerti dan
memahami sejak dini bahwa lambang-lambang yang menjadi cirinya yang khusus atau
model matematika (apakah berupa persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, atau
sistem pertidaksamaan) itu hanyalah sebagaian kecil dari masalah nyata yang
dihadapi;
3.
Pengajaran sekarang lebih menitikberatkan pada
perkembangan intelek dan kurang memperhatikan unsur-unsur sikap. Artinya
bagaimanakah sikap Anak setelah mereka terlibat aktif membahas suatu materi,
apakah anak menjadi lebih bersemangat belajar dan berusaha untuk menguasai
masalah-masalah berikutnya, atau sebaliknya sikap anak menjadi pasif dan tidak
ada kemauan untuk mempelajari agar ia mengerti. Jika Anak makin bersemangat
belajar berarti nilai-nilai dasar akan berkembang dalam pribadi anak seperti
percaya diri dalam menghadapi masalah yang ada;
4.
Cara pengajaran tampak menekankan pada hasil belajar,
tetapi kurang memperhatikan proses belajar. Kita menyadari bahwa sesungguhnya
dalam proses inilah sering muncul sejumlah ide kreatif dan cemerlang untuk
menyempurnakan pengalaman belajar. Akan tetapi jika hal ini diabaikan akan
berakibat kepada kesulitan pada bagian metodologi dasar yaitu membuat model
matematika dari unsur masalah yang diberikan. Hubungan dari unsur-unsur masalah
nyata, abstraksi dan model dari masalah nyata yang diberikan sulit dirumuskan.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dicarijalan keluar agar persoalan tersebut
sedapat mungkin lebih mudah diatasi. Pada pembahasan ini akan dibahas
masalah-masalah matematika sederhana yang berkaitan dengan proses pembentukan
model matematika dari suatu masalah.
Contoh
model matematika adalah:
Pertumbuhan
populasi bakteri suatu jenis bakteri membelah dua setiap detik. Maka jumlah
bakterinya
Y = 2 t
dengan t = waktu (detik)
Untuk mencari
kapan bakteri mencapai jumlah tertentu adalah :
t =log y/log 2
Model adalah
pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau Dihasilkan. Definisi
lain dari model adalah abstraksi. Dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang
lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau
model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa
sifat dari kehidupan sebenarnya.
Jenis-jenis
model dapat dibagi dalam lima kelas yang berbeda:
1.
Kelas I, pembagian menurut fungsi
a.
Model deskriptif; hanya menggambarkan situasi sebuah
sistem tanpa rekomendasi dan peramalan. Contoh : peta organisasi
b.
Model prediktif; model ini menunjukkan apa yang akan terjadi,
bila sesuatu terjadi.
c.
Model normatif; model yang menyediakan jawaban terbaik
terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang
perlu diambil. Contoh: model budget advertensi, model economics, model
marketing.
2.
Kelas II, pembagian menurut struktur
a.
Model Ikonik; adalah model yang menirukan sistem
aslinya dari segi fisik, seperti bentuk, pola dan fungsi, tetapi dalam suatu skala
tertentu.
Contoh: model mobil atau model pesawat terbang
b.
Model Analog; suatu model yang menirukan sistem aslinya
dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan
benda atau sistem lain secara analog. Model analog biasanya lebih mudah
dimengerti daripada sistem yang digambarkannya
Contoh : aliran lalu lintas di jalan dianalogkan dengan aliran air dalam sistem
pipa.
c.
Model Simbolis; suatu model yang menggambarkan sistem
yang ditinjau dengan simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematik. Dalam
hal ini sistem diwakili oleh variabel-variabel dari karakteristik sistem yang
ditinjau.
3.
Kelas III, pembagian menurut referensi waktu.
a.
Statis; model statis tidak memasukkan faktor waktu
dalam perumusannya.
b.
Dinamis; mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.
4.
Kelas IV, pembagian menurut referansi kepastian.
a.
Deterministik; dalam model ini pada setiap kumpulan
nilai input, hanya ada satu output yang unik, yang merupakan solusi dari model
dalam keadaan pasti.
b.
Probabilistik; model probabilistik menyangkut
distribusi probabilistik dari input atau proses dan menghasilkan suatu deretan
harga bagi paling tidak satu variabel output yang disertai dengan
kemungkinan-kemungkinan dari harga-harga tersebut.
c.
Game; teori permainan yang mengembangkan solusi-solusi optimum
dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.
5.
Kelas V, pembagian menurut tingkat generalitas.
a.
Umum
b.
Khusus
Proses
Pemodelan Matematika
Pemodelan
adalah deskriptif lengkap mengenai satu sistem dari perspektif tertentu atau
suatu bentuk penyederhanaan dari sebuah elemen dan komponen yang sangat komplek
untuk memudahkan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan. Pemodelan matematika
merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematika melalui konteks dunia nyata
Dalam pemodelan matematik bahwa masalah nyata yang sering dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari perlu disusun dalam suatu model matematik sehingga, mudah dicari solusinya.
Proses pembentukan model matematika melalui tahap abstraksi dan idealisasi. Dalam
proses ini diterapkan prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga
menghasilkan sebuah model matematika yang
diharapkan. Beberapa hal penting dan perlu agar model yang dibuat sesuai
dengan konsep masalah antara lain, masalah itu harus dipahami karakteristiknya dengan
baik, disusun formulasi modelnya, model itu divalidasi secara cermat, solusi model
yang diperoleh diinterpretasikan dan kemudian diuji kebenarannya. Metodologi dasar
dalam proses penentuan model matematika atau sering disebut pemodelan
matematika dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
Tahap 1.
Masalah; Adanya
masalah nyata yang ingin dicari solusinya merupakan awal kegiatan penyelidikan.
Masalah tersebut harus diidentifikasi secara jelas, diperiksa dengan teliti
menurut kepentingannya. Bila masalahnya bersifat umum maka diupayakan menjadi
masalah khusus atau operasional.
Tahap 2.
Karakterisasi masalah;
Masalah yang diteliti diperlukan karakterisasi masalahnya, yaitu pengertian
yang mendasar
tentang masalah yang dihadapi, termasuk pemilihan variabel yang relevan dalam
pembuatan model serta keterkaitanya.
Tahap 3.
Formulasi model matematik; Formulasi model merupakan penterjemahan dari masalah kedalam persamaan
matematik yang menghasilkan model matematik. Ini biasanya merupakan tahap
(pekerjaan) yang paling penting dan sukar. Makin paham akan masalah yang
dihadapi dan kokoh penguasaan matematik seseorang, akan sangat membantu
memudahkan dalam mencari modelnya. Dalam pemodelan ini kita selalu berusaha
untuk mencari model yang sesuai tetapi sederhana. Makin sederhana model yang
diperoleh untuk tujuan yang ingin dicapai makin dianggap baik model itu. Dalam
hal ini model yang digunakan ada-kalanya lebih dari satu persamaan bahkan merupakan
suatu sistem, atau suatu fungsi dengan variabel-variabel dalam bentuk persamaan
parameter. Hal ini tergantung anggapan yang digunakan. Tidak tertutup
kemungkinan pada tahap ini juga dilakukan "coba", karena model
matematik ini bukanlah merupakan hasil dari proses sekali jadi.
Tahap 4.
Analisis; Analisis
matematik kemudian dilakukan dengan pendugaan parameter serta deduksi
sifat-sifat yang diperoleh dari model yang digunakan.
Tahap 5.
Validasi; Model
umumnya merupakan abstraksi masalah yang sudah disederhanakan, sehingga
hasilnya mungkin berbeda dengan kenyataan yang diperoleh. Untuk itu model yang
diperoleh ini perlu divalidasi, yaitu sejauh mana model itu dapat dianggap
memadai dalam merepresentasikan masalah yang dihadapi. Proses
validasi ini
sebenarnya sudah dimulai dalam tahap analisis, misalnya dalam hal konsistensi
model terhadap kaedah-kaedah yang berlaku.
Tahap 6.
Perubahan; Apabila
model yang dibuat dianggap tidak memadai maka terdapat kemungkinan bahwa
formulasl model yang digunakan atau karakterisasi masalah masih banyak belum
layak (sesuai), sehingga perlu diadakan perubahan untuk kemudian kembali ke
tahap berikutnya.
Tahap 7.
Model memadai; Bila
model yang dibuat sudah memadai, maka tahap berikutnya dapat dilakukan. Model
tersebut dapat digunakan untuk mencari solusi masalah yang diinginkan. Model
suatu masalah akan sangat terkait dengan tujuan yang diinginkan. Masih terdapat
kemungkinan bahwa model yang kita anggap memadai saat ini, dengan makin
bertambahnya informasi yang terkumpul, suatu waktu nantinya mungkin dianggap
tidak lagi memadai. Apalagi pengamatan yang kita lakukan hanyalah merupakan
sebagian informasi yang tersedia. Dalam tahap ini dilakukan interpretasi
keluaran darimodel dan dikonsultasikan pada bahasa
masalah semula.
Keseluruhan
tahapan di atas dapat dilihat pada Bagan berikut:
Pemodelan matematika
merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematika melalui konteks dunia nyata.
Menurut Lovitt (1991) pemodelan matematika ditandai oleh dua ciri utama, yaitu
1.
pemodelan bermula dan berakhir dengan dunia nyata,
2.
pemodelan membentuk suatu siklus.
Pemodelan
matematika adalah penyusunan suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata
(fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang disebut dunia matematika
(mathematical world). Pemodelan matematika juga merupakan representasi dari
objek, proses, atau hal lain yang diharapkan dapat diketahui polanya sehingga
dapat dianalisis. (Dym and Ivey, 1980) Pemodelan matematika adalah penyusunan
suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam
bagian-bagian matematika yang disebut dunia matematika. Ada dua tipe model matematika,
yaitu model bertipe deterministik dan model bertipe empirik. Model
deterministik merupakan suatu model matematika yang dibangun berlandaskan
hukum-hukum atau sifat-sifat yang berlaku pada sistem. Sedangkan model empiric
lebih cenderung kepada fakta yang diberikan oleh sistem atau data. (Giordano
dan Weir, 2002) Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk
merepresentesi dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem di dunia real dalam
pernyataan matematik sehingga diperoleh pemahaman dari problem dunia real ini
menjadi lebih tepat.
Model matematika
yang dihasilkan, baik dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan atau
lainnya terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut variabel atau besaran yang
kemudian didalamnya digunakan operasi matematika seperti tambah, kali, kurang,
atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika tersebut dapat dilihat apakah model
yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan sebagaimana formulasi masalah nyata
yang dihadapi. Hubungan antara komponen-komponen dalam suatu masalah yang
dirumuskan dalam suatu persamaan matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai
variabelnya, dinamakan model matematik. Dan proses untuk memperoleh model dari
suatu masalah dikatakan pemodelan matematika.
Terdapat
beberapa jenis model matematika antara lain :
1.
Model empiris; pada model empiris data yang berhubungan
dengan problem menentukan peran yang penting. Dalam pendekatan ini gagasan yang
utama adalah mengkronstruksi formula (persamaan) matematika yang dapat
menghasilkan grafik yang terbaik untuk mencocoan data.
2.
Model simulasi; Dalam pendekatan ini program komputer dituliskan
didasarkan pada aturan-aturan yang dipercaya untuk membentuk suatu proses
3.
Model stokastik dan Deterministik; Model Stokastik adalah
model matematika dimana gejala-gejala dapat diukur dengan derajat kepastian
yang tidak stabil. Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang
dari masing-masing kejadian benar-benar di hitung, menyusun sebuah model
stokastik cenderung lebih sulit dari model deterministik. Kaidah-kaidah peluang
adalah alat matematika yang cukup vital dalam menyusun model stokastik. Contoh
model stokastik adalah teori antrian dan teori permainan, dimana ini merupakan
pengembangan dari riset operasi modern.
Model dan
Kegunaannya
Dalam
kehidupan sehari-hari, kata model sering digunakan, dan mengandung arti sebagai
contoh, miniatur, peta, imejsebagai representasi dari suatu masalah. Misalnya,
model pakaian, model rumah. Secara umum istilah tersebut di atas menggambarkan
adanya padanan atau hubungan antara unsur-unsur dari rumah dengan modelnya.
Sebagai contoh, perbandingan antara panjang dan lebar bangunan rumah dengan
modelnya. Tetapi tidaklah berarti bahwa model rumah dan rumah itu sendiri sama
ukuranya dalam setiap hal. Secara singkat dapat dikatakan bahwa apabila ada
suatu benda A (dapat berupa masalah, fenomena) dan modelnya B, maka terdapat
kumpulan unsur-unsur dam B yang mempunyai padanan dengan A. Demikian pula
terdapat suatu hubungan yang berlaku antara unsur-unsur di B yang sesuai dengan
unsur-unsur sebagai padanannya di A. Dengan analogi pemikiran seperti itu,
dalam matematika pun selalu terkait pada masalah yang berhubungan dengan
besaran atau variabel. Suatu fenomena atau sebuah unsur tertentu dapat
direpresentasikan dengan suatu variabel. Suatu
masalah yang
timbul akan lebih mudah dan menjadi tampak sederhana, apabila masalah itu
dinyatakan secara matematik.
Contoh
pemodelan matematika adalah:
Misalnya,
mutu lulusan sekolah dasar (M), tergantung atas beberapa faktor, seperti
kualitas guru (x1), kualitas masukan (x2),
relevansi kurikulum (x3), dan sarana penunjang pembelajaran (x4).
Jika disusun rumusan unsur-unsur ini, dapat dinyatakan bahwa mutu lulusan
adalah fungsi dari faktor-faktor x1, x2, x3,
dan x4. Dalam bentuk model matematik hubungan ini dapat
ditulis dengan M = F(x1, x2, x3, x4)
atau secara singkat ditulis M = f(x), dengan pemahaman bahwa variabel x
mewakili variabel x1, x2, x3 dan x4.
Bentuk penulisan terakhir ini menunjukkan adanya simplikasi (penyederhanaan)
cara penulisan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.
Perihal mutu lulusan yang dipengaruhi oleh mutu guru, mutu masukan, relevansi
kurikulum dan sarana penunjang lainnya merupakan kondisi obyektif suatu fakta
yang secara realitas terjadi di sektor pendidikan. Kondisi nyata demikian
diabstraksikan kemudian ketidaksempurnaan yang terdapat pada masing-masing
unsur dieliminir dan dipandang telah sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Proses
ini disebut proses abstraksi dan idealisasi. Dalam proses ini diterapkan
prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga menghasilkan sebuah model
matematika yang diharapkan.
Model
matematika yang dihasilkan, baik dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem
persamaan atau lainnya terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut variabel
atau besaran yangkemudian di dalamnya digunakan operasi matematika seperti
tambah, kali, kurang, atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika tersebut
dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan
sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi. Hubungan antara
komponen-komponen dalam suatu masalah yang dirumuskan dalam suatu persamaan
matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai variabelnya, dinamakan
model matematik. Dan proses untuk memperoleh model dari suatu masalah dikatakan
pemodelan matematika. Kegunaan yang dapat diperoleh dari model matematika ini
antara lain:
1.
Menambah kecepatan, kejelasan, dan kekuatan-kekuatan
gagasan dalam jangka waktu yang relatif singkat,
2.
Deskripsi masalah menjadi pusat perhatian,
3.
Mendapatkan pengertian atau kejelasan mekanisme dalam
masalah,
4.
Dapat digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan
muncul dari suatu fenomena atau perluasannya,
5.
Sebagai dasar perencanaan dan kontrol dalam pembuatan
kebijakan.
Gagasan yang
dinyatakan dalam bentuk fungsi matematika merupakan salah satu generalisasi yang
besar. Pada umumnya, fungsi matematika itu menyatakan kepada kita, bagaimana
obyek-obyek dalam suatu himpunan masalah berhubungan satu dengan yang lain,
Misalnya, bagaimana hubungan panjang lintasan (S), kecepatan (v),
dan waktu (t) dari suatu benda yang bergerak. Formulasi dari hal
tersebut dalam model matematika adalah
S = f (v,t) = vt
Contoh lain,
bagaimana hubungan antara luas (L) bangun segitiga dan panjang alas (a)
dan tinggi (t) segitiga. Dalam hal ini, kita pahami bahwa luas bangun
segitiga tergantung atas panjang alas dan tingginya. Formulasi yang menunjukkan
hubungan tersebut dinyatakan oleh
L = ½ at
Klasifikasi
Pembentukan Model
Suatu model
seringkali dikelompok-kelompokkan antara lain berdasar upaya memperolehnya,
keterkaitan pada waktu atau, sifat keluarannya. Model yang disamarkan atas
upaya memperolehnya misalnya adalah model teoritik, meknistik, dan empiris.
1.
Model teoritik digunakan bagi model yang diperoleh
dengan menggunakan teori-teori yang berlaku. Model mekanistik digunakan bila
model tersebut diperoleh berdasar maknisme pembangkit fenomena.
2.
Model empirik digunakan bagi model yang diperoleh hanya
dari pengamatan tanpa didasarkan pada teori atau pengetahuan yang
membangkitkanfenomena tersebut.
3.
Model mekanistik dapat digunakan untuk lebih mengerti
tentang proses pembangkit fenomena, biasanya lebih sedikit parameternya, serta
luas kawasan berlakunya.
Bila
mekanisme fenomena tersebut sukar dipahami, maka model empirik akan sangat
berguna. Model yang didasarkan akan keterkaitan pada waktu adalah model statik
dan dinamik. Model statik adalah model yang tidak terkait pada waktu sedangkan
model dinamik tergantung pada waktu. Bila perubahan dalam model dinamik terjadi
atau diamati secara kontinu dalam waktu, maka model tersebut dikatakan sebagai
model diskrit. Bila keluaran suatu model dapat ditentukan secara pasti, yang
tentunya berpadanan dengan hasil dari fenomenanya, maka model disebut sebagai
model deterministik. Jika tidak, berarti ada ketidakpastian dari keluarannya,
yang biasanya disebut sebagai variabel acak, maka model tersebut dikatakan
sebagai model stokastik. Jadi, dalam model stokastik keluarannya tidak
sepenuhnya dapat dispesifikasikan oleh bentuk model dan parameternya, tapi
mengandung variabel lain yang tak dapat ditentukan secara pasti. Umumnya tak
ada kepastian sesuainya keluaran suatu model, tetapi bila ketidakpastian itu
dapat diabaikan maka model deterministik tersebut cukup memadai untuk digunakan.
PEMBENTUKAN
MODEL MATEMATIK SEDERHANA
Pembentukan
model matematik dari suatu masalah dengan langkah-langkah yang telah disebutkan
di atas terlalu luas untuk diterapkan. Dalam masalah yang sifatnya sederhana
dapat dipilih strategi pemecahan di bawah ini.
Langkah 1. Baca masalah dengan cermat kemudian
tentukan apa yang diketahui, dan apa yang belum diketahui atau dicari. Tulis
dengan lengkap informasi ini.
Langkah 2. Gunakan variabel untuk menyatakan apa
yang dicari atau ditanyakan.
Langkah 3.
Konstruksi diagram
atau bagan untuk memudahkan atau menentukan hubungan yang ada antara
unsur-unsur dan variabel yang diketahui.
Langkah 4.
Nyatakan model
matematik yang dicari dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan atau sistem
persamaan.
Teladan 1 : Sebuah bidang berbentuk persegi
panjang dengan selisih panjang dan lebar sama dengan 4 dm. Jika luas bidang 96
dm2, formulasikanlah suatu fungsi untuk menyatakan luas bidang
tersebut.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Bidang berbentuk persegi panjang,
Selisih
panjang dan lebar sama dengan 4 dm,
Luas
bidang 96 dm2
Ditanyakan: Formulasi matematik yang menyatakan luas bidang.
Langkah 2 : Misalkan
panjang bidang adalah x, sehingga lebar bidang tersebut adalah x– 4. Sedangkan
luas bidang adalah 96 dm2, dan luas bidang ini adalah panjang kali
lebar.
Langkah 3 : Diagramnya
Panjang
|
x
|
Lebar
|
x - 4
|
Luas L(x)
|
Panjang kali lebar
|
Langkah 4 : Formulasi
fungsi untuk luas bidang adalah L(x) = x(x - 4)
karena luas bidang sama
dengan 96 dm2
maka diperoleh x(x – 4)
= 96
Jadi untuk masalah di atas
diperoleh model matematika x(x - 4) = 96
Teladan 2 : Jumlah dua buah sudut 180 derajat.
Besar salah satu sudut 1½ kali besar sudut lainnya. Formulasikan suatu sistem
persamaan yang menyatakan hubungan antara unsur-unsur masalah yang diketahui
guna mencari besarnya masing-masing sudut.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Jumlah dua sudut adalah 180 derajat
Besar
salah satu sudut sama dengan 1½ kali besar sudut lainnya
Ditanyakan: Formulasi sistem persamaan yang menyatakan
hubungan antara unsur-unsur masalah
Langkah
2 : Misalkan
ukuran sudut terkecil adalah x, dan sudut terbesar adalah y
Jumlah kedua sudut x + y
adalah 180 derajat.
Langkah 4: Karena jumlah sudut x dan y
adalah 180o, maka persamaannya adalah x + y = 180.
Sudut terbesar y = 1½x
Jadi model matematika dari masalah di atas
diperoleh sistem persamaan linear dengan dua variabel yaitu
Teladan 3 : Sebuah kebun berbentuk persegi panjang ingin dipagari dengan 100 meter pagar kawat. Jika salah satu sisi kebun adalah tembok yang tidak perlu dipagari, rumuskanlah suatu fungsi yang menyatakan luas kebun untuk dipagari kawat berdasarkan informasi yang ada pada masalah itu.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Sebuah kebun berbentuk persegi
panjang.
Kawat yang tersedia 100 meter.
Salah
satu sisi panjang tak perlu diberi pagar.
Ditanyakan: Model matematik yang menyatakan luas kebun.
Langkah
2 : Misalkan
panjang dan lebar kebun masing-masing adalah x dan y meter.
Bagian kebun yang ingin dipagari
adalah 2x + y = 2 meter.
Karena panjang pagar kawat
yang tersedia adalah 100 meter, diperoleh hubungan 2x + y = 100
Langah 3 : Gambar
kebun sebagai berikut
Misalkan luas kebun
dinyatakan dengan L(x),
maka model matematika yang dicari adalah
L(x) =
xy = x(100 – 2x) = 100x – 2x2
Pendalaman:
1.
Selisih dua bilangan bulat positif adalah 42, dan
jumlahnya 86. Tentukanlah model matematika untuk masalah tersebut.
2.
Sebidang tanah berbentuk jajar genjang, panjang alasnya
7 meter lebih panjang dari tingginya. Jika luas tanah itu adalah 30 m2,
carilah persamaan yang menyatakan luas tanah tersebut.
3.
Dalam suatu lomba Matematika, Fisika dan Bahasa Inggris
tercatat jumlah peserta sebanyak 41 siswa. Peserta lomba matematika tercatat 7
siswa lebih banyak dari penggemar Fisika, sedangkan peserta lomba Fisika 2
siswa lebih banyak dari peserta lomba Bahasa Inggris. Tuliskan model matematika
yang menyatakan jumlah peserta lomba tersebut.
4.
Sebuah bidang berbentuk persegi panjang, panjangnya 15
meter lebih besar dari lebarnya. Jika keliling 70 meter, tuliskan formulasi
matematika yang menyatakan keliling bidang itu.
5.
Pada waktu Ani lahir umur ayahnya adalah 29 tahun. Jika
jumlah umur ayah dan Ani adalah 61 tahun, tulislah formulasi matematika yang
menyatakan jumlah umur keduanya.
Langganan:
Postingan (Atom)