PEMODELAN MATEMATIKA (MATHEMATICAL
MODELING)
Model adalah representasi
penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami
realita tersebut) dan mempunyai feature yang sama dengan tiruannya dalam
melakukan task atau menyelesaikan permasalahan. Model adalah karakteristik umum
yang mewakili sekelompok bentuk yang ada, atau representasi suatu masalah dalam
bentuk yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Dalam matematika, teori model
adalah ilmu yang menyajikan konsep-konsep matematis melalui konsep himpunan,
atau ilmu tentang model-model yang mendukung suatu sistem matematis. Teori model
diawali dengan asumsi keberadaan obyek-obyek matematika (misalnya keberadaan
semua bilangan) dan kemudian mencari dan menganalisis keberadaan
operasi-operasi, relasi-relasi, atau aksioma-aksioma yang melekat pada masingmasing
obyek atau pada obyek-obyek tersebut. Indenpensi dua hukum matematis yang lebih
dikenal dengan nama axiom of choice, dan contnuum hypothesis dari
aksioma-aksioma teori himpunan (dibuktikan oleh Paul Cohen dan Kurt Godel)
adalah dua hasil terkenal yang diperoleh dari teori model. Telah dibuktikan
bahwa axiom of choice dan negasinya konsisten dengan aksioma-aksioma Zermelo Fraenkel dalam
teori himpunan dan hasil yang sama juga dipenuhi oleh continuum hypothesis.
Model matematika yang diperoleh dari suatu masalah matematika yang diberikan, selanjutnya
diselesaikan dengan aturan-aturan yang ada. Penyelesaian yang diperoleh, perlu
diuji untuk mengetahui apakah penyelesaian tersebut valid atau tidak. Hasil yang
valid akan menjawab secara tepat model matematikanya dan disebut solusi
matematika. Jika penyelesaian tidak valid atau tidak memenuhi model matematika maka
solusi masalah belum ditemukan, dan perlu dilakukan pemecahan ulang atas model
matematikanya.
Model
matematika suatu fenomena adalah suatu ekspresi matematika yang diturunkan dari
fenomena tersebut. Ekspresi dapat berupa persamaan, sistem persamaan atau
ekspresi-ekspresi matematika yang lain seperti fungsi maupun relasi. Model
matematika digunakan untuk menjelaskan karakteristik fenomena yang
dimodelkannya, dapat secara kualitatif atau kuantitatif. Dalam memperoleh,
membuat, mengembangkan atau menurunkan model matematika kita melibatkan
asumsi-asumsi, pendekatan-pendekatan maupun pembatasan-pembatasan yang didasarkan
atas eksperimen maupun observasi terhadap fenomena sebenarnya. Asumsi,
pendekatan maupun pembatasan ini digunakan untuk mempelajari fenomena tersebut
secara sederhana (penyederhanaan fenomena sesungguhnya), dan juga seringkali
digunakan untuk mempelajari kontribusi faktor-faktor tertentu dengan tiadanya
faktor yang lain pada fenomena yang dipelajari.
Pemodelan
matematika merupakan salah satu tahap dari pemecahan masalah matematika.
Pembahasan pemodelan matematika dimulai dari pengertian model dan kegunaannya.
Kemudian tahap-tahap pembentukan model matematika dibahas satu persatu dan
diberikan contoh-contohnya. Sebelum pembahasan mengenai hal-hal tersebut,
berikut ini diberikan alasan mengapa pemodelan matematika perlu dan penting
untuk dipelajari. Metode pembelajaran di kelas dapat ditandai dengan beberapa
hal sebagai berikut:
1.
Anak didik lebih banyak menghafal pelajaran daripada
berusaha mengerti dan memahaminya;
2.
Anak didik lebih tertarik pada masalah teknis yaitu
menyelesaikan soal matematika yang masalahnya telah diformulasikan di dalam
bentuk persamaan atau pertidaksamaan atau sistem persamaan, tanpa berusaha
menggali apa makna model itu, dan bagaimana proses yang ditempuh untuk membuat
modelnya. Tampak bahwa mencari solusi dari suatu model menjadi inti masalah
matematika yang harus dikuasai. Para Anak kurang dibiasakan untuk mengerti dan
memahami sejak dini bahwa lambang-lambang yang menjadi cirinya yang khusus atau
model matematika (apakah berupa persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, atau
sistem pertidaksamaan) itu hanyalah sebagaian kecil dari masalah nyata yang
dihadapi;
3.
Pengajaran sekarang lebih menitikberatkan pada
perkembangan intelek dan kurang memperhatikan unsur-unsur sikap. Artinya
bagaimanakah sikap Anak setelah mereka terlibat aktif membahas suatu materi,
apakah anak menjadi lebih bersemangat belajar dan berusaha untuk menguasai
masalah-masalah berikutnya, atau sebaliknya sikap anak menjadi pasif dan tidak
ada kemauan untuk mempelajari agar ia mengerti. Jika Anak makin bersemangat
belajar berarti nilai-nilai dasar akan berkembang dalam pribadi anak seperti
percaya diri dalam menghadapi masalah yang ada;
4.
Cara pengajaran tampak menekankan pada hasil belajar,
tetapi kurang memperhatikan proses belajar. Kita menyadari bahwa sesungguhnya
dalam proses inilah sering muncul sejumlah ide kreatif dan cemerlang untuk
menyempurnakan pengalaman belajar. Akan tetapi jika hal ini diabaikan akan
berakibat kepada kesulitan pada bagian metodologi dasar yaitu membuat model
matematika dari unsur masalah yang diberikan. Hubungan dari unsur-unsur masalah
nyata, abstraksi dan model dari masalah nyata yang diberikan sulit dirumuskan.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dicarijalan keluar agar persoalan tersebut
sedapat mungkin lebih mudah diatasi. Pada pembahasan ini akan dibahas
masalah-masalah matematika sederhana yang berkaitan dengan proses pembentukan
model matematika dari suatu masalah.
Contoh
model matematika adalah:
Pertumbuhan
populasi bakteri suatu jenis bakteri membelah dua setiap detik. Maka jumlah
bakterinya
Y = 2 t
dengan t = waktu (detik)
Untuk mencari
kapan bakteri mencapai jumlah tertentu adalah :
t =log y/log 2
Model adalah
pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau Dihasilkan. Definisi
lain dari model adalah abstraksi. Dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang
lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau
model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa
sifat dari kehidupan sebenarnya.
Jenis-jenis
model dapat dibagi dalam lima kelas yang berbeda:
1.
Kelas I, pembagian menurut fungsi
a.
Model deskriptif; hanya menggambarkan situasi sebuah
sistem tanpa rekomendasi dan peramalan. Contoh : peta organisasi
b.
Model prediktif; model ini menunjukkan apa yang akan terjadi,
bila sesuatu terjadi.
c.
Model normatif; model yang menyediakan jawaban terbaik
terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang
perlu diambil. Contoh: model budget advertensi, model economics, model
marketing.
2.
Kelas II, pembagian menurut struktur
a.
Model Ikonik; adalah model yang menirukan sistem
aslinya dari segi fisik, seperti bentuk, pola dan fungsi, tetapi dalam suatu skala
tertentu.
Contoh: model mobil atau model pesawat terbang
b.
Model Analog; suatu model yang menirukan sistem aslinya
dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan
benda atau sistem lain secara analog. Model analog biasanya lebih mudah
dimengerti daripada sistem yang digambarkannya
Contoh : aliran lalu lintas di jalan dianalogkan dengan aliran air dalam sistem
pipa.
c.
Model Simbolis; suatu model yang menggambarkan sistem
yang ditinjau dengan simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematik. Dalam
hal ini sistem diwakili oleh variabel-variabel dari karakteristik sistem yang
ditinjau.
3.
Kelas III, pembagian menurut referensi waktu.
a.
Statis; model statis tidak memasukkan faktor waktu
dalam perumusannya.
b.
Dinamis; mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.
4.
Kelas IV, pembagian menurut referansi kepastian.
a.
Deterministik; dalam model ini pada setiap kumpulan
nilai input, hanya ada satu output yang unik, yang merupakan solusi dari model
dalam keadaan pasti.
b.
Probabilistik; model probabilistik menyangkut
distribusi probabilistik dari input atau proses dan menghasilkan suatu deretan
harga bagi paling tidak satu variabel output yang disertai dengan
kemungkinan-kemungkinan dari harga-harga tersebut.
c.
Game; teori permainan yang mengembangkan solusi-solusi optimum
dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.
5.
Kelas V, pembagian menurut tingkat generalitas.
a.
Umum
b.
Khusus
Proses
Pemodelan Matematika
Pemodelan
adalah deskriptif lengkap mengenai satu sistem dari perspektif tertentu atau
suatu bentuk penyederhanaan dari sebuah elemen dan komponen yang sangat komplek
untuk memudahkan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan. Pemodelan matematika
merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematika melalui konteks dunia nyata
Dalam pemodelan matematik bahwa masalah nyata yang sering dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari perlu disusun dalam suatu model matematik sehingga, mudah dicari solusinya.
Proses pembentukan model matematika melalui tahap abstraksi dan idealisasi. Dalam
proses ini diterapkan prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga
menghasilkan sebuah model matematika yang
diharapkan. Beberapa hal penting dan perlu agar model yang dibuat sesuai
dengan konsep masalah antara lain, masalah itu harus dipahami karakteristiknya dengan
baik, disusun formulasi modelnya, model itu divalidasi secara cermat, solusi model
yang diperoleh diinterpretasikan dan kemudian diuji kebenarannya. Metodologi dasar
dalam proses penentuan model matematika atau sering disebut pemodelan
matematika dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
Tahap 1.
Masalah; Adanya
masalah nyata yang ingin dicari solusinya merupakan awal kegiatan penyelidikan.
Masalah tersebut harus diidentifikasi secara jelas, diperiksa dengan teliti
menurut kepentingannya. Bila masalahnya bersifat umum maka diupayakan menjadi
masalah khusus atau operasional.
Tahap 2.
Karakterisasi masalah;
Masalah yang diteliti diperlukan karakterisasi masalahnya, yaitu pengertian
yang mendasar
tentang masalah yang dihadapi, termasuk pemilihan variabel yang relevan dalam
pembuatan model serta keterkaitanya.
Tahap 3.
Formulasi model matematik; Formulasi model merupakan penterjemahan dari masalah kedalam persamaan
matematik yang menghasilkan model matematik. Ini biasanya merupakan tahap
(pekerjaan) yang paling penting dan sukar. Makin paham akan masalah yang
dihadapi dan kokoh penguasaan matematik seseorang, akan sangat membantu
memudahkan dalam mencari modelnya. Dalam pemodelan ini kita selalu berusaha
untuk mencari model yang sesuai tetapi sederhana. Makin sederhana model yang
diperoleh untuk tujuan yang ingin dicapai makin dianggap baik model itu. Dalam
hal ini model yang digunakan ada-kalanya lebih dari satu persamaan bahkan merupakan
suatu sistem, atau suatu fungsi dengan variabel-variabel dalam bentuk persamaan
parameter. Hal ini tergantung anggapan yang digunakan. Tidak tertutup
kemungkinan pada tahap ini juga dilakukan "coba", karena model
matematik ini bukanlah merupakan hasil dari proses sekali jadi.
Tahap 4.
Analisis; Analisis
matematik kemudian dilakukan dengan pendugaan parameter serta deduksi
sifat-sifat yang diperoleh dari model yang digunakan.
Tahap 5.
Validasi; Model
umumnya merupakan abstraksi masalah yang sudah disederhanakan, sehingga
hasilnya mungkin berbeda dengan kenyataan yang diperoleh. Untuk itu model yang
diperoleh ini perlu divalidasi, yaitu sejauh mana model itu dapat dianggap
memadai dalam merepresentasikan masalah yang dihadapi. Proses
validasi ini
sebenarnya sudah dimulai dalam tahap analisis, misalnya dalam hal konsistensi
model terhadap kaedah-kaedah yang berlaku.
Tahap 6.
Perubahan; Apabila
model yang dibuat dianggap tidak memadai maka terdapat kemungkinan bahwa
formulasl model yang digunakan atau karakterisasi masalah masih banyak belum
layak (sesuai), sehingga perlu diadakan perubahan untuk kemudian kembali ke
tahap berikutnya.
Tahap 7.
Model memadai; Bila
model yang dibuat sudah memadai, maka tahap berikutnya dapat dilakukan. Model
tersebut dapat digunakan untuk mencari solusi masalah yang diinginkan. Model
suatu masalah akan sangat terkait dengan tujuan yang diinginkan. Masih terdapat
kemungkinan bahwa model yang kita anggap memadai saat ini, dengan makin
bertambahnya informasi yang terkumpul, suatu waktu nantinya mungkin dianggap
tidak lagi memadai. Apalagi pengamatan yang kita lakukan hanyalah merupakan
sebagian informasi yang tersedia. Dalam tahap ini dilakukan interpretasi
keluaran darimodel dan dikonsultasikan pada bahasa
masalah semula.
Keseluruhan
tahapan di atas dapat dilihat pada Bagan berikut:
Pemodelan matematika
merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematika melalui konteks dunia nyata.
Menurut Lovitt (1991) pemodelan matematika ditandai oleh dua ciri utama, yaitu
1.
pemodelan bermula dan berakhir dengan dunia nyata,
2.
pemodelan membentuk suatu siklus.
Pemodelan
matematika adalah penyusunan suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata
(fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang disebut dunia matematika
(mathematical world). Pemodelan matematika juga merupakan representasi dari
objek, proses, atau hal lain yang diharapkan dapat diketahui polanya sehingga
dapat dianalisis. (Dym and Ivey, 1980) Pemodelan matematika adalah penyusunan
suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam
bagian-bagian matematika yang disebut dunia matematika. Ada dua tipe model matematika,
yaitu model bertipe deterministik dan model bertipe empirik. Model
deterministik merupakan suatu model matematika yang dibangun berlandaskan
hukum-hukum atau sifat-sifat yang berlaku pada sistem. Sedangkan model empiric
lebih cenderung kepada fakta yang diberikan oleh sistem atau data. (Giordano
dan Weir, 2002) Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk
merepresentesi dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem di dunia real dalam
pernyataan matematik sehingga diperoleh pemahaman dari problem dunia real ini
menjadi lebih tepat.
Model matematika
yang dihasilkan, baik dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan atau
lainnya terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut variabel atau besaran yang
kemudian didalamnya digunakan operasi matematika seperti tambah, kali, kurang,
atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika tersebut dapat dilihat apakah model
yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan sebagaimana formulasi masalah nyata
yang dihadapi. Hubungan antara komponen-komponen dalam suatu masalah yang
dirumuskan dalam suatu persamaan matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai
variabelnya, dinamakan model matematik. Dan proses untuk memperoleh model dari
suatu masalah dikatakan pemodelan matematika.
Terdapat
beberapa jenis model matematika antara lain :
1.
Model empiris; pada model empiris data yang berhubungan
dengan problem menentukan peran yang penting. Dalam pendekatan ini gagasan yang
utama adalah mengkronstruksi formula (persamaan) matematika yang dapat
menghasilkan grafik yang terbaik untuk mencocoan data.
2.
Model simulasi; Dalam pendekatan ini program komputer dituliskan
didasarkan pada aturan-aturan yang dipercaya untuk membentuk suatu proses
3.
Model stokastik dan Deterministik; Model Stokastik adalah
model matematika dimana gejala-gejala dapat diukur dengan derajat kepastian
yang tidak stabil. Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang
dari masing-masing kejadian benar-benar di hitung, menyusun sebuah model
stokastik cenderung lebih sulit dari model deterministik. Kaidah-kaidah peluang
adalah alat matematika yang cukup vital dalam menyusun model stokastik. Contoh
model stokastik adalah teori antrian dan teori permainan, dimana ini merupakan
pengembangan dari riset operasi modern.
Model dan
Kegunaannya
Dalam
kehidupan sehari-hari, kata model sering digunakan, dan mengandung arti sebagai
contoh, miniatur, peta, imejsebagai representasi dari suatu masalah. Misalnya,
model pakaian, model rumah. Secara umum istilah tersebut di atas menggambarkan
adanya padanan atau hubungan antara unsur-unsur dari rumah dengan modelnya.
Sebagai contoh, perbandingan antara panjang dan lebar bangunan rumah dengan
modelnya. Tetapi tidaklah berarti bahwa model rumah dan rumah itu sendiri sama
ukuranya dalam setiap hal. Secara singkat dapat dikatakan bahwa apabila ada
suatu benda A (dapat berupa masalah, fenomena) dan modelnya B, maka terdapat
kumpulan unsur-unsur dam B yang mempunyai padanan dengan A. Demikian pula
terdapat suatu hubungan yang berlaku antara unsur-unsur di B yang sesuai dengan
unsur-unsur sebagai padanannya di A. Dengan analogi pemikiran seperti itu,
dalam matematika pun selalu terkait pada masalah yang berhubungan dengan
besaran atau variabel. Suatu fenomena atau sebuah unsur tertentu dapat
direpresentasikan dengan suatu variabel. Suatu
masalah yang
timbul akan lebih mudah dan menjadi tampak sederhana, apabila masalah itu
dinyatakan secara matematik.
Contoh
pemodelan matematika adalah:
Misalnya,
mutu lulusan sekolah dasar (M), tergantung atas beberapa faktor, seperti
kualitas guru (x1), kualitas masukan (x2),
relevansi kurikulum (x3), dan sarana penunjang pembelajaran (x4).
Jika disusun rumusan unsur-unsur ini, dapat dinyatakan bahwa mutu lulusan
adalah fungsi dari faktor-faktor x1, x2, x3,
dan x4. Dalam bentuk model matematik hubungan ini dapat
ditulis dengan M = F(x1, x2, x3, x4)
atau secara singkat ditulis M = f(x), dengan pemahaman bahwa variabel x
mewakili variabel x1, x2, x3 dan x4.
Bentuk penulisan terakhir ini menunjukkan adanya simplikasi (penyederhanaan)
cara penulisan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.
Perihal mutu lulusan yang dipengaruhi oleh mutu guru, mutu masukan, relevansi
kurikulum dan sarana penunjang lainnya merupakan kondisi obyektif suatu fakta
yang secara realitas terjadi di sektor pendidikan. Kondisi nyata demikian
diabstraksikan kemudian ketidaksempurnaan yang terdapat pada masing-masing
unsur dieliminir dan dipandang telah sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Proses
ini disebut proses abstraksi dan idealisasi. Dalam proses ini diterapkan
prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga menghasilkan sebuah model
matematika yang diharapkan.
Model
matematika yang dihasilkan, baik dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem
persamaan atau lainnya terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut variabel
atau besaran yangkemudian di dalamnya digunakan operasi matematika seperti
tambah, kali, kurang, atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika tersebut
dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan
sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi. Hubungan antara
komponen-komponen dalam suatu masalah yang dirumuskan dalam suatu persamaan
matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai variabelnya, dinamakan
model matematik. Dan proses untuk memperoleh model dari suatu masalah dikatakan
pemodelan matematika. Kegunaan yang dapat diperoleh dari model matematika ini
antara lain:
1.
Menambah kecepatan, kejelasan, dan kekuatan-kekuatan
gagasan dalam jangka waktu yang relatif singkat,
2.
Deskripsi masalah menjadi pusat perhatian,
3.
Mendapatkan pengertian atau kejelasan mekanisme dalam
masalah,
4.
Dapat digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan
muncul dari suatu fenomena atau perluasannya,
5.
Sebagai dasar perencanaan dan kontrol dalam pembuatan
kebijakan.
Gagasan yang
dinyatakan dalam bentuk fungsi matematika merupakan salah satu generalisasi yang
besar. Pada umumnya, fungsi matematika itu menyatakan kepada kita, bagaimana
obyek-obyek dalam suatu himpunan masalah berhubungan satu dengan yang lain,
Misalnya, bagaimana hubungan panjang lintasan (S), kecepatan (v),
dan waktu (t) dari suatu benda yang bergerak. Formulasi dari hal
tersebut dalam model matematika adalah
S = f (v,t) = vt
Contoh lain,
bagaimana hubungan antara luas (L) bangun segitiga dan panjang alas (a)
dan tinggi (t) segitiga. Dalam hal ini, kita pahami bahwa luas bangun
segitiga tergantung atas panjang alas dan tingginya. Formulasi yang menunjukkan
hubungan tersebut dinyatakan oleh
L = ½ at
Klasifikasi
Pembentukan Model
Suatu model
seringkali dikelompok-kelompokkan antara lain berdasar upaya memperolehnya,
keterkaitan pada waktu atau, sifat keluarannya. Model yang disamarkan atas
upaya memperolehnya misalnya adalah model teoritik, meknistik, dan empiris.
1.
Model teoritik digunakan bagi model yang diperoleh
dengan menggunakan teori-teori yang berlaku. Model mekanistik digunakan bila
model tersebut diperoleh berdasar maknisme pembangkit fenomena.
2.
Model empirik digunakan bagi model yang diperoleh hanya
dari pengamatan tanpa didasarkan pada teori atau pengetahuan yang
membangkitkanfenomena tersebut.
3.
Model mekanistik dapat digunakan untuk lebih mengerti
tentang proses pembangkit fenomena, biasanya lebih sedikit parameternya, serta
luas kawasan berlakunya.
Bila
mekanisme fenomena tersebut sukar dipahami, maka model empirik akan sangat
berguna. Model yang didasarkan akan keterkaitan pada waktu adalah model statik
dan dinamik. Model statik adalah model yang tidak terkait pada waktu sedangkan
model dinamik tergantung pada waktu. Bila perubahan dalam model dinamik terjadi
atau diamati secara kontinu dalam waktu, maka model tersebut dikatakan sebagai
model diskrit. Bila keluaran suatu model dapat ditentukan secara pasti, yang
tentunya berpadanan dengan hasil dari fenomenanya, maka model disebut sebagai
model deterministik. Jika tidak, berarti ada ketidakpastian dari keluarannya,
yang biasanya disebut sebagai variabel acak, maka model tersebut dikatakan
sebagai model stokastik. Jadi, dalam model stokastik keluarannya tidak
sepenuhnya dapat dispesifikasikan oleh bentuk model dan parameternya, tapi
mengandung variabel lain yang tak dapat ditentukan secara pasti. Umumnya tak
ada kepastian sesuainya keluaran suatu model, tetapi bila ketidakpastian itu
dapat diabaikan maka model deterministik tersebut cukup memadai untuk digunakan.
PEMBENTUKAN
MODEL MATEMATIK SEDERHANA
Pembentukan
model matematik dari suatu masalah dengan langkah-langkah yang telah disebutkan
di atas terlalu luas untuk diterapkan. Dalam masalah yang sifatnya sederhana
dapat dipilih strategi pemecahan di bawah ini.
Langkah 1. Baca masalah dengan cermat kemudian
tentukan apa yang diketahui, dan apa yang belum diketahui atau dicari. Tulis
dengan lengkap informasi ini.
Langkah 2. Gunakan variabel untuk menyatakan apa
yang dicari atau ditanyakan.
Langkah 3.
Konstruksi diagram
atau bagan untuk memudahkan atau menentukan hubungan yang ada antara
unsur-unsur dan variabel yang diketahui.
Langkah 4.
Nyatakan model
matematik yang dicari dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan atau sistem
persamaan.
Teladan 1 : Sebuah bidang berbentuk persegi
panjang dengan selisih panjang dan lebar sama dengan 4 dm. Jika luas bidang 96
dm2, formulasikanlah suatu fungsi untuk menyatakan luas bidang
tersebut.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Bidang berbentuk persegi panjang,
Selisih
panjang dan lebar sama dengan 4 dm,
Luas
bidang 96 dm2
Ditanyakan: Formulasi matematik yang menyatakan luas bidang.
Langkah 2 : Misalkan
panjang bidang adalah x, sehingga lebar bidang tersebut adalah x– 4. Sedangkan
luas bidang adalah 96 dm2, dan luas bidang ini adalah panjang kali
lebar.
Langkah 3 : Diagramnya
Panjang
|
x
|
Lebar
|
x - 4
|
Luas L(x)
|
Panjang kali lebar
|
Langkah 4 : Formulasi
fungsi untuk luas bidang adalah L(x) = x(x - 4)
karena luas bidang sama
dengan 96 dm2
maka diperoleh x(x – 4)
= 96
Jadi untuk masalah di atas
diperoleh model matematika x(x - 4) = 96
Teladan 2 : Jumlah dua buah sudut 180 derajat.
Besar salah satu sudut 1½ kali besar sudut lainnya. Formulasikan suatu sistem
persamaan yang menyatakan hubungan antara unsur-unsur masalah yang diketahui
guna mencari besarnya masing-masing sudut.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Jumlah dua sudut adalah 180 derajat
Besar
salah satu sudut sama dengan 1½ kali besar sudut lainnya
Ditanyakan: Formulasi sistem persamaan yang menyatakan
hubungan antara unsur-unsur masalah
Langkah
2 : Misalkan
ukuran sudut terkecil adalah x, dan sudut terbesar adalah y
Jumlah kedua sudut x + y
adalah 180 derajat.
`Langah 3 : Gambar sudutnya
Langkah 4: Karena jumlah sudut x dan y
adalah 180o, maka persamaannya adalah x + y = 180.
Sudut terbesar y = 1½x
Jadi model matematika dari masalah di atas
diperoleh sistem persamaan linear dengan dua variabel yaitu
Teladan 3 : Sebuah kebun berbentuk persegi panjang
ingin dipagari dengan 100 meter pagar kawat. Jika salah satu sisi kebun adalah
tembok yang tidak perlu dipagari, rumuskanlah suatu fungsi yang menyatakan luas
kebun untuk dipagari kawat berdasarkan informasi yang ada pada masalah itu.
Penyelesaian:
Langkah
1 : Diketahui:
Sebuah kebun berbentuk persegi
panjang.
Kawat yang tersedia 100 meter.
Salah
satu sisi panjang tak perlu diberi pagar.
Ditanyakan: Model matematik yang menyatakan luas kebun.
Langkah
2 : Misalkan
panjang dan lebar kebun masing-masing adalah x dan y meter.
Bagian kebun yang ingin dipagari
adalah 2x + y = 2 meter.
Karena panjang pagar kawat
yang tersedia adalah 100 meter, diperoleh hubungan 2x + y = 100
Langah 3 : Gambar
kebun sebagai berikut
Langkah
4 : Dari
persamaan 2x + y = 100 diperoleh y
= 100 – 2x.
Misalkan luas kebun
dinyatakan dengan L(x),
maka model matematika yang dicari adalah
L(x) =
xy = x(100 – 2x) = 100x – 2x2
Pendalaman:
1.
Selisih dua bilangan bulat positif adalah 42, dan
jumlahnya 86. Tentukanlah model matematika untuk masalah tersebut.
2.
Sebidang tanah berbentuk jajar genjang, panjang alasnya
7 meter lebih panjang dari tingginya. Jika luas tanah itu adalah 30 m2,
carilah persamaan yang menyatakan luas tanah tersebut.
3.
Dalam suatu lomba Matematika, Fisika dan Bahasa Inggris
tercatat jumlah peserta sebanyak 41 siswa. Peserta lomba matematika tercatat 7
siswa lebih banyak dari penggemar Fisika, sedangkan peserta lomba Fisika 2
siswa lebih banyak dari peserta lomba Bahasa Inggris. Tuliskan model matematika
yang menyatakan jumlah peserta lomba tersebut.
4.
Sebuah bidang berbentuk persegi panjang, panjangnya 15
meter lebih besar dari lebarnya. Jika keliling 70 meter, tuliskan formulasi
matematika yang menyatakan keliling bidang itu.
5.
Pada waktu Ani lahir umur ayahnya adalah 29 tahun. Jika
jumlah umur ayah dan Ani adalah 61 tahun, tulislah formulasi matematika yang
menyatakan jumlah umur keduanya.