APLIKASI PEMODELAN MATEMATIKA
SEDERHANA DI BIDANG PERTANIAN
(Penjadwalan Irigasi Berselang)
1.
Pengantar
Salah
satu aplikasi dari pemodelan matematika sederhana pada bidang pertanian adalah
pada penjadwalan sistem pengairan sawah (irigasi) secara berselang
(bergantian). Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari hasil pertanian, tentu
harus juga memperhatikan kesesuaian antara jenis tanaman dengan ketersediaan
air pada lahan tersebut. Dan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi
pengairan pada lahan persawahan adalah dengan cara irigasi.
Irigasi
merupakan cara pemberian air secara buatan untuk menambah kekurangan air yang
dibutuhkan oleh tanaman. Irigasi pada tanaman diberikan dengan cara
penggenangan. Hal ini dilakukan agar pemberian air yang cukup dan tetap stabil
ke area persawahan guna menjamin produksi dari tanaman tersebut. Air irigasi
ini biasanya diberikan dengan cara berselang dimana penggenangannya dilakukan
dengan ukuran (volume) tertentu dan pengairan berikutnya dilakukan pada waktu
(periode) tertentu setelah genangan air surut.
Sebagian
besar, para petani dalam skala yang lebih besar, seringkali menerapkan sistem
pengairan secara kurang efisien. Sebagian besar petani kita menerapkan irigasi
dengan satu prinsip mengairi lahannya dengan jumlah air (volume air) sebanyak
mungkin tanpa memperhatikan kebutuhan air untuk jenis tanaman yang
berbeda-beda, atau tanpa menghiraukan kebutuhan optimum tanaman. Penerapan
irigasi yang tidak efisien juga terjadi melalui cara pemberian air yang tidak
tepat baik jumlah dan waktunya. Oleh karenanya, petani harus mengetahui secara
pasti kebutuhan air optimum untuk setiap tanaman dan lama waktunya untuk
melakukan sekali pengairan hingga kebutuhan air tanaman tercukupi.
Efisiensi
irigasi dapat ditingkatkan dengan membuatkan jadwal irigasi itu sendiri.
Penjadwalan ini berartii melakukan perencanaan waktu dan jumlah pemberian air
irigasi sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Suplai air yang terbatas dapat
menurunkan produksi tanaman sedangkan, suplai air yang berlebihan selain dapat
menurunkan produksi tanaman juga dapat mengurangi efisiensi penggunaan air.
Pada
masalah penjadwalan irigasi tersebut, dapat digunakan pemodelan matematika.
pemodelan matematika adalah model yang menggunakan konsep-konsep matematika
seperti konstanta, variabel, fungsi, persamaan dan sebagainya yang disusun
untuk tujuan tertentu (Meyer & Olnick, 1978). Misalkan kita akan melakukan
pengairan sawah untuk tanaman padi
2.
Langkah-Langkah Pemodelan Matematika
Langkah-langkah dalam pemodelan
matematika mengidentifikasikan faktor-faktor yang dominan berpengaruh, setelah
itu kemudian memberikan asumsi-asumsi yang akan diambil. Faktor-faktor yang
berpengaruh dengan perimbangan air dalam sistem hidrologi sawah yang mempengaruhi
volume genangan air sawah. Secara umum, perimbangan air dalam sistem hidrologi
berkaitan dengan komponen air yang masuk dan keluar. Komponen air yang hilang
meliputi perkolasi (penyaringan), evatranspirasi, drainase (penyaluran air)
permukaan, dan rembesan. Sedangkan, komponen air yang masuk meliputi curah
hujan dan irigasi. Komponen air yang masuk menyebabkan bertambahnya volume air
genangan, sedangkan komponen air yang keluar menyebabkan berkurangnya volume
air genangan. Adapun beberapa asumsi yang dapat diduga, yakni:
- Tanah sawah sudah dijenuhkan terlebih dahulu sebelum diakukan penggenangan. Hal ini berarti bahwa volume air yang diperhitungkan hanya volume air yang terdapat pada permukaan. Dengan asumsi lain, bahwa volume genangan air merupakan hasil kali luas lahan dengan tinggi genangan.
- Tinggi genangan air awal sebesar 50 mm dan pengaliran selanjutnya dilakukan ketika genangan air sebesar 10 mm (Sulisilawati-Studi kasus daerah irigasi Tinalun: 2002)
- Lamanya waktu penggenangan tidak diperhitungkan
- Kehilangan air hanya terjadi melalui proses perkolasi dan evatranspirasi
- Penambangan volume air terjadi karena adanya curah hujan efektif
- Tidak terjadi kehilangan air karena drainase permukaan dan rembesan
Misalkan hal-hal tersebut di atas dapat disimbolkan sebagai
berikut:
V : volume genangan air pada permukaan sawah
(mm3)
h : tinggi genangan air (mm)
p : panjang lahan (mm)
l : lebar lahan (mm)
La :
luas lahan (mm2)
P :
laju perkolasi (mm/hari)
ET :
evatranspirasi (mm/hari)
Ch :
laju curah hujan efektif (mm3/hari)
t : waktu yang dibutuhkan dalam satu periode
penggenangan (hari)
berdasarkan pemisalan variabel dan asumsi di atas, maka model
matematikanya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Lahan tersebut diasumsikan berbentuk persegi dengan panjang p
dan lebar l. Dengan demikian, luas lahan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
La = p x l
Misalkan, pada setiap saat t ketinggian genangan air
adalah h = h (t)
maka rumus volume ketinggian air setiap saat pada ketinggian h
dirumuskan sebagai berikut:
V(t) = La(t) x h(t) ..................................... (1)
Akan ditentukan (dh/dt) saat ketinggian air h. Dengan turunan implisit
terhadap t dari kedua ruas persamaan (1) memberikan :
Ketinggian genangan air akan berkurang karena adanya
kehilangan air akibat adanya perkolasi dan evatranspirasi. Sedangkan,
ketinggian air akan bertambah karena adanya penambahan volume air akibat curah
hujan efektif. Dengan demikian ( dV / dt ) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Laju perubahan volume air harian karena Evatranspirasi dan
Perkolasi sama dengan Luas Lahan dikali dengan Laju Evatranspirasi dan Perkolasi
dimana:
P :
laju perkolasi (mm/hari)
ET :
evatranspirasi (mm/hari)
Ch :
laju curah hujan efektif (mm3/hari)
Dengan demikian laju perubahan ketinggian air dirumuskan
sebagai berikut:
Agar diperoleh suatu fungsi h
terhadap waktu maka dilakukan integral terhadap t pada kedua ruas dari
persamaan (2)
pada saat t = 0, maka h
awal dimisalkan sebagai h0 maka diperoleh:
Sehingga didapat: C = - h0
Karena nilai C = -h0
maka:
jadi, rumus untuk menentukan waktu (t
) yang diperlukan ketika genangan air berkurang hingga h adalah
Dari rumus di atas, diperoleh suatu rumus untuk menentukan
lamanya waktu penggenangan dalam hari, yakni t (hari). Setelah
penggenangan dilakukan selama periode t (hari) maka penggenangan
selanjutnya dapat dilakukan.
Teladan:
Suatu lahan pertanian di wilayah Suela-Pringgabaya ditanami
Padi. Lahan tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas lahan 200 m2.
Jenis tanah yang dipakai pada lahan tersebut yaitu tanah berlempung dengan laju
perkolasi 2 mm/hari dan laju evatranspirasinya adalah 5 mm/hari. Rata-rata curah
hujan pada daerah tersebut adalah 137.113 mm3/hari. Ketinggian
genangan air mula-mula sesaat setelah dilakukan pengaliran adalah 5 cm.
Berapakah lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu periode penggengan
sehingga air genangan surut sampai dengan 1 cm?
Penyelesaian:
h0 =
50 mm
h = 10 mm
La =
200 m2 = 2 x 108
mm2
ET =
5 mm/hari
P =
2 mm/hari
Ch =
137.113 mm3/hari
Waktu yang diperlukan untuk melakukan sekali penggenangan
adalah
Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali
penggenangan adalah 6 hari. Sehingga, 5 hari setelah dilakukan pengaliran,
petani harus kembali melakukan pengaliran air ke lahan sawah.
3.
kesimpulan
Dengan pemodelan matematika ini dapat disimpulkan beberapa
pernyataan, yakni:
1.
Besarnya perubahan ketinggian air dapat diketahui
dengan mempertimbangkan laju perkolasi, evatranspirasi, dan curah hujan
2.
Lamanya waktu penggenangan bergantung pada besarnya
laju perkolasi, evatranspirasi dan curah hujan
3.
Dengan diketahui periode penggenangan (t ) maka
pengaliran air selanjutnya dapat dilakukan setelah penggenangan dilakukan
selama (t ).